Teks Amanat Pembina Upacara Hari Santri Nasional 2019 Oleh Ketua Umum PBNU
Sunday, 20 October 2019
Edit
Teks Amanat Pembina Upacara Hari
Santri Nasional 2019 Oleh Ketua Umum
PBNU – infosekolah87.com, sahabat infosekolah87 pejuangnya madrasah Indonesia,
upacara peringatan hari santri kurang dua hari lagi yaitu tepat pada hari
selasa 22 Oktober 2019.
Jika dalam postingan sebelumnya admin
juga sudah memposting tentang sambutan pembina upacara hari santri 22 Oktober2019 kali ini juga akan memposting amanat pembina upacara hari santri 2019.
Kedua teks amanat upacara hari santri
22 Oktober 2019 ini boleh digunakan semua tinggal pilih yang membedakan hanya Bedanya, yang pertama merupakan teks sambutan dari Menteri AgamaRepublik Indonesia, sedang yang kedua merupakan teks amanat Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada peringatan Hari Santri tanggal 22 Oktober
2019.
AMANAT
KETUA UMUM PENGURUS BESAR NAHDLATUL
ULAMA
PADA PERINGATAN HARI SANTRI TANGGAL
22 OKTOBER 2019
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين اللهم صل وسلم على سيدنا
ومولانا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين
أما بعد
Hari ini tahun keempat Keluarga Besar Nahdlatul
Ulama dan seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Santri. Setelah sebelumnya
peran kaum santri diakui negara melalui Kepres No. 22 Tahun 2015 tentang
Penetapan Tanggal 22 Oktober sebagai HARI SANTRI, tahun ini kaum santri kembali
mendapat penguatan negara melalui pengesahaan UU Pesantren. Diharapkan melalui
UU ini, santri dan pendidikan pesantren dapat meningkatkan peran dan
kontribusinya dalam pembangunan bangsa dan negara melalui fungsi pendidikan,
dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.
Di tengah revolusi gelombang keempat (4.0),
santri harus kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap nilai-nilai baru yang baik
sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai lama yang baik. Santri tidak
boleh kehilangan jati dirinya sebagai Muslim yang berakhlakul karimah, yang
hormat kepada kiai dan menjanjung tinggi ajaran para leluhur, terutama metode
dakwah dan pemberdayaan Walisongo. Santri disatukan dalam asâsiyât (dasar dan
prinsip perjuangan), khalqiyat (jati diri), dan ghâyat (tujuan).
Dasar perjuangan santri adalah memperjuangkan
tegak lestarinya ajaran Islam Ahlussunnah Waljama’ah, yaitu Islam bermadzhab.
Di tengah kampanye Islam anti-madzhab yang menggemakan jargon kembali kepada
Al-Qur’an dan Hadis, santri dituntut untuk cerdas mengembangkan argumen Islam
moderat yang relevan, kontekstual, membumi, dan kompatibel dengan semangat
membangun simbiosis Islam dan kebangsaan. Demikian inilah yang dicontohkan
Walisongo, terutama Sunan Kalijogo. Islam tidak diajarkan dalam bungkusnya,
tetapi isinya. Bungkusnya dipertahankan dalam wadah budaya Nusantara, tetapi
isinya diganti dengan ajaran Islam.
Budaya dijadikan sebagai infrastruktur
agama, sejauh tidak bertentangan dengan syariat. Termasuk dalam hal ini adalah
bentuk negara. Bentuk negara apa pun, asal syari’at Islam dapat dijalankan
masyarakat, sah dan mengikat, baik berbentuk republik, mamlakah, maupun emirat.
Karena NKRI berdasarkan Pancasila telah disepakati oleh para pendiri bangsa,
seluruh warga negara, termasuk santri, wajib patuh menjaga dan mempertahankan
konsensus kebangsaan.
Jati diri santri adalah moralitas dan akhlak
pesantren dengan kiai sebagai simbol kepemimpinan spiritual (qiyâdah
rūhâniyah). Karena itu, meskipun santri telah melanglang buana, menempuh pendidikan
hingga ke mancanegara, dia tidak boleh melupakan jati dirinya sebagai santri
yang hormat dan patuh pada kiai. Tidak ada kosakata bekas kiai atau bekas
santri dalam khazanah pesantren. Santri melekat sebagai stempel seumur hidup,
membingkai moral dan akhlak pesantren. Di hadapan kiai, santri harus
menanggalkan gelar dan titelnya, pangkat dan jabatannya, siap berbaris di
belakang kepemimpinan kiai.
Tujuan pengabdian santri adalah meninggikan
kalimat Allah yang paling luhur (li i’lâi kalimâtillâh allatî hiya al-ulyâ)
yaitu tegaknya agama Islam rahmatan lil alamin. Islam yang harus diperjuangkan
bukan sekadar akidah dan syariah, tetapi ilmu dan peradaban (tsaqâfah
wal-hadlârah), budaya dan kemajuan (taqaddum wat tamaddun). Islam dalam ethos
santri adalah keterbukaan, kecendekiaan, toleransi, kejujuran, dan
kesederhanaan. Semangat inilah yang diwariskan oleh salafus shâlih, yang telah
mencontohkan cara bela agama yang benar. Islam pernah mencapai zaman keemasan
pada abad ke-7 sampai 13 M dengan ilmu dan peradaban.
Para filsuf dan ulama
seperti Jabir ibn Hayyan (721-815 M), Al-Fazari (w. 796/806 M), Al-Farghani (w.
870 M), Al-Kindi (801-873 M), Al-Khawarizmi (780-850 M), Al-Farabi (874-950 M),
Al-Mas’udi (896-956 M), Ibn Miskawaih (932-1030 M), Ibn Sina (980-1037 M),
Al-Razi (1149-1209 M), Al-Haitsami (w. 1039 M), Al-Ghazali (1058-1111 M), dan
Ibn Rushd (1126-1198 M) telah berjasa kepada dunia dengan sumbangan mereka yang
tiada tara bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Manfaatnya lintas zaman, melampaui
sekat agama dan bangsa. Dunia berterima kasih kepada Islam karena ilmu
pengetahuan. Itulah cara bela Islam yang benar.
Baca Juga: LOGO HARI SANTRI 22 OKTOBER 2019
Islam tidak boleh dibela dengan pekik takbir di
jalan-jalan, dengan kerumunan massa yang
mengibar-ngibarkan bendera, dengan caci maki dan sumpah serapah. Islam
harus dibela dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Itulah cara bela Islam yang
benar. Benarlah peringatan Imam Ghazali dalam Kitab Tahâfutul Falâsifah:
و ضرر الشرع ممن ينصره لا بطريقه اكثرمن ضرره ممن يطعن
فيه بطريقه
“Dan kecelakaan agama dari para pembela yang
tidak tahu caranya itu lebih besar daripada kecelakaan agama dari para pencela
yang tahu caranya.”
Santri mewarisi legacy yang ditinggalkan oleh
para ulama di abad keemasan Islam. Karena itu, kebangkitan Islam akan sangat
ditentukan oleh kiprah dan peranan kaum santri.
Selamat Hari Santri 2019. Santri Ungul Indonesia
Makmur.
شكرا ودمتم في الخير والبركة والنجاح
والله الموفق إلى أقوم الطريق
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Jakarta, 22 Oktober 2019
Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA.
Ketua Umum
Download Teks Amanat Pembina Upacara Hari Santri Nasional 2019 Oleh Ketua Umum PBNU
untuk mendapatkan file yang rapi silahkan download Teks Amanat Pembina Upacara Hari Santri Nasional 2019 Oleh Ketua Umum PBNU melalui tautan di bawah ini
Demikianlah tulisan tentang Teks Amanat Pembina Upacara Hari Santri Nasional 2019 Oleh Ketua Umum PBNU semoga bermanfaat