Luar Biasa ...Lulusan SD Masuk MTs Meraih Medali Matematika Di Korea Selatan
Sunday, 28 February 2016
Edit
Lulusan SD Masuk MTs Meraih
Medali Matematika Di Korea Selatan – Madrasah tidak lagi di
pandang sebelah mata, banyak prestasi yang sudah di torehkan kanca nasional
hingga internasional. Pada tulisan kali ini akan bercerita tentang anak SD yang
melanjutkan di Madrasah karena anjuran orang tua nya hingga anaka ini sempat
protes, tapi anak ini berhasil meraih medali emas di Korea selatan simak cerita
inspiratif ini yang kami kutib http://www.pendidikanislam.id
Usai lulus bangku sekolah SDN 1 Rongtengah Sampang, Amiril Haq
mengikuti arahan orangtuanya untuk melanjutkan sekolah di Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Bustanul Ulum di satu desa di Kabupaten Pamekasan. Setahun kemudian ia
membuktikan bahwa pilihan orang tuanya itu sangat tepat. Madrasah mengantarkannya
berprestasi keliling dunia.
MTs Bustanul Ulum berada di Kecamatan Waru, daerah pantai utara
Pamekasan. Daerah tersebut jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Pamekasan.
Juga, daerah yang sangat asing baginya karena terbiasa hidup di ibukota Kabupaten
Sampang.
Haqi—panggilan akrabnya, termasuk siswa berprestasi di Kabupaten
Sampang. Ia pernah mewakili Sampang dalam ajang O2SN di Provinsi Jawa Timur.
Kehormatan mewakili kota kelahirannya itu didapatkan setelah keluar sebagai
juara pertama O2SN dari ratusan siswa SD se-Sampang.
Tak heran, ketika disarankan melanjutkan sekolah ke MTs Bustanul
Ulum, Haqi mengaku sempat protes pada orang tuanya. Satu-satunya alasan ia
menerima tawaran orang tuanya, setelah disajikan kliping koran yang memuat
prestasi siswa Bustanul Ulum berhasil membawa pulang medali dari ajang Wizard
at Mathematics International Competition (WIZMIC) 2011.
Gemar Detektif
Matematika bagi Haqi, seperti jalan hidupnya. Kegemarannya
menonton film detektif dalam memecahkan permasalahan, diakuinya mengisi relung
inspirasi hidupnya. Keinginan untuk menjadi detektif sangat kuat membara,
sehingga ditanam sebagai cita-cita.
“Matematika adalah memecahkan persoalan dengan logika. Sangat
menarik untuk mengajak berpetualang sebagaimana cita-cita saya yang ingin
menjadi detektif,” ulas Haqi.
Semangat kuat untuk menjadi detektif dengan mempelajari
matematika memang tidak sia-sia. Menginjak bangku kelas I MTs Bustanul Ulum,
Haqi langsung tampil moncer dari siswa-siswa lainnya. Hanya berselang tiga
bulan tercatat sebagai siswa Bustanul Ulum, Haqi sudah terlihat menonjol dengan
mengungguli teman-teman di sekolahnya. Haqi akhirnya ditunjuk untuk mewakili
MTs Bustanul Ulum dalam ajang olimpiade matematik tingkat Kelompok Kerja
Madrasah (KKM) Sumber Bungur.
Pertamakali mewakili MTs Bustanul Ulum, Haqi tidak mampu keluar
sebagai juara di tingkat KKM itu. Haqi mengaku sempat kecewa. Pijakan untuk bangkit
kegagalan dari ajang Olimpiade Matematika tingkat KKM, diakui Haqi adalah
dorongan dari Kepala Madrasah Bustanul Ulum kala, No’man Afandi.
“Kakeh pokok teros ajher paggun juara. Mun tak juara, kettok
tang tanang. Kakeh andik kalebbian bisa cepet hapal (Asal terus belajar, kamu
pasti juara. Kalau tidak juara, potong tangan saya. Kamu punya sisi lebih, bisa
cepat hafal),” ucap Haqi, menirukan perkataan No’man Afandi yang sudah dianggap
sebagai orang tuanya.
Apa yang disampaikan No’man Afandi mulai terbukti. Tiga bulan
berselang dari olimpiade matematika tingkat KKM, Haqi mulai berprestasi di
tingkat Kabupaten Pamekasan. Dalam ajang Olimpiade Matematika tingkat Kabupaten
Pamekasan, Haqi keluar sebagai juara harapan I.
Hanya berselang seminggu dari ujian kenaikan kelas di MTs
Bustanul Ulum, Haqi mendapatkan kabar lolos sebagai salah satu peserta World
Mathematics Invitational (WMI) yang diadakan oleh Korean Gifted
Students Evaluation Association (KGSEA).
Bayang-bayang akan bersaing dengan 700 peserta dari 12 negara
peserta, makin membulatkan tekad bahwa ajang WMI bukan sekedar ajang
antar-siswa. WMI oleh Haqi ditetapkan sebagai ajang mempertaruhkan nama baik
Indonesia.
“Saya menetapkan diri sebagai duta madrasah dan duta Indonesia.
Saya makin percaya diri, bahwa saya bisa,” ucap Haqi.
Selain giat belajar, sejatinya Haqi mengaku memikirkan biaya
keberangkatannya ke Korea Selatan. Kabar bahwa keberangkatannya ke Korea
Selatan tidak dibiayai negara membuatnya sempat gundah. Bayang-bayang gagal
berangkat ke Korea Selatan diakuinya sempat menghantui.
Untungnya, biaya keberangkatan ke Korea Selatan sudah ditegaskan
oleh pihak madrasah, bahwa akan ditanggung madrasah tempat ia menimba ilmu.
Semangat yang sempat pudar kembali membuncah di hatinya. Selama tiga bulan
lebih, Haqi terus berkutat dengan rumus-rumus matematika.
Pandangan sebelah mata terhadap siswa madrasah, diakui Haqi
sempat dirasakan saat baru dimondokkan ke Bustanul Ulum. Teman sejawatnya di
SDN I Rongtengah diakui Haqi sempat menanyakan apa cita-citanya melanjutkan
pendidikan ke madrasah. Bahkan, guru semasa di SDN Rongtengah juga sempat
menanyakannya.
Namun, pertanyaan yang bernada sangsi dari teman sejawat dan
sebagian gurunya di SDN I Rongtengah berubah total setelah Haqi lolos ke ajang
WMI. Teman sejawatnya yang semula sering mempertanyakan, ikut mendukungnya dan
mengaku bangga. Bahkan, Haqi makin semangat untuk mengkampanyekan madrasah
sebagai sekolah terbaik membaca sejarah tokoh muslim yang jadi ahli Matematika.
“Ibnu Sina, Aljabar, dan beberapa tokoh muslim lainnya banyak
yang ahli matematika. Cikal bakal matematika adalah di madrasah. Makanya, kami
makin bangga dengan madrasah. Itu lah yang sering saya sampaikan pada
teman-teman yang sekolah di sekolah umum,” ulas Haqi.
Panitia WMI kala itu, menyajikan sebagian soal dengan bahasa
lokal Korea Selatan. Kondisi itu diakui Haqi sempat membuatnya panik. Bahkan,
rasa kecewa sempat hadir ketika membaca soal-soal yang disajikan.
Meski harus dihadapkan dengan sebagian soal yang menggunakan
Bahasa Lokal Korea Selatan, Haqi ternyata mampu menjawab tantangan dengan baik.
Haqi mampu menjadi salah satu peserta yang berhasil meraih medali perunggu.
Haqi mampu menjadi salah satu yang terbaik dari 700 peserta yang berasal dari
12 negara.
Haqi memang patut berbangga. Sebab, raihan medali perunggu di
ajang World Mathematics Invitational (WMI) yang diselenggarakan oleh
Korean Gifted Students Evaluation Association (KGSEA) menjadi simbol
keberhasilan siswa madrasah di bidang sains.
Pulang dengan Kawalan Konvoi
Sejatinya, raihan Amiril Haq di ajang WMI adalah raihan kesekian
kalinya yang ditorehkan siswa MTs Unggulan Bustanul Ulum,
Tagangser Laok, Waru. Sebelumnya, terdapat lima siswa yang sudah mengawali
tradisi meraih medali di ajang kompetisi matematika tingkat internasional.
Sebelumnya, sebanyak tiga siswa Bustanul Ulum berhasil
meraih medali perunggu di Beijing, Cina. Disusul, dua
siswa kembali mendapat perunggu di India. Raihan yang diukir
Amiril Haq di ajang bergengsi WMI yang digelar di Seoul, Korea Selatan
pada 14-18 Agustus 2013 itu menjadi saksi rentetan prestasi yang
telah dipersembahkan siswa-siswi MTs Bustanul Ulum untuk
Indonesia.
Untuk mengapreasi prestasi yang telah diraih oleh
siswanya, MTs Unggulan Bustanul Ulum menggelar
penyambutan khusus. Bentuk sambutannya pun khas sebagaimana dilakukan
warga Madura. Yakni, mengarak siswa berpretasi dengan konvoi dari Ibu Kota
Kabupaten hingga ke Madrasah.
Khusus tradisi arak-arakan dengan sepeda motor ini, masyarakat
Madura menganggap sebagai ritual penyambutan orang suci dan pembesar negara.
Arak-arakan di Madura, bisa dilakukan guna menyambut kedatangan jamaah haji,
kedatangan ulama yang diundang khusus untuk berceramah atau kedatangan pejabat
negara yang sangat dihormati.
Nah, kedatangan putra dari pasangan Moh Ramli dan Siti
Khoiriyah dari Kota Pemekasan ke sekolah tercinta diarak dengan
puluhan kendaraan. Tak hanya siswa, sejumlah warga terlibat dalam
arak-arakan tersebut. Termasuk jajaran muspika Pamekasan. Haqi
memang pantas mendapatkan kehormatan itu, karena ikut serta membawa nama baik
MTs Bustanul Ulum.
Saat acara penyambutan tersebut,
siswa-siswi berbaris menggelar selebrasi musik ul-daul, hadrah,
dan drum band. Aksi tersebut digelar di depan MTs
Unggulan Bustanul Ulum. (Red: Anam)