Anak tukang Becak Kuliah S2 di Inggris
Wednesday, 30 December 2015
Edit
Anak tukang Becak Kuliah S2 di Inggris, biasa di panggil Raeni
dia adalah anak tukang becak tentu Masih ingat Raeni, dia adalah lulusan
terbaik dari Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
(Unes) dengan Indeks yang sangat memuaskan yaitu Prestasi Kumulatif (IPK)
nyaris sempurna, yakni 3.96?. Saat diwisuda pada Juni 2014 lalu, anak dari
Mugiyono, seorang tukang beca ini, sempat menjadi liputan media karena datang
ke tempat wisuda dengan diantar ayahnya menaiki beca.
Sekarang tepatnya ,
pada tanggal 10 Agustus 2015 lalu, Raeni terbang menuju ke Inggris untuk mengambil S2nya di program Magister of Science in
International Accounting and Finance, di Birmingham University. Raeni kuliah di
negaranya Ratu Elizabeth tersebut dengan Beasiswa Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP) yang dikelola Kementerian Keuangan. Saat menjalani S1 di Unes
pun, Raeni mendapatkan beasiswa program Bidikmisi dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Ayahnya Mugiyono dan
istrinya, Sujamah, pasti sangat bangga
atas prestasi yang diraih putri keduanya itu. Namun, apa yang diraih Raeni itu
tentunya karena hasil didikan, dorongan, dan dukungan kedua orang tuanya.
Raeni mengatakan,
apa yang diraihnya tersebut karena didikan kedisiplinan, kejujuran,
kesederhanaan yang diberikan ayahnya. Menurut gadis kelahiran 13 Januari
1993 itu, sejak kecil ia dibiasakan disiplin, mengakui kesalahan, dan hidup
sederhana. "Bapak orangnya tegas, ketika saya salah ya harus mengaku
salah. Bapak selalu mengarahkan supaya hidup sederhana," ujarnya.
Raeni mengaku sempat
minder dengan kondisi orangtuanya. Dukungan besar merupakan alasan yang cukup
untuk membuatnya bangga kepada keluarga. “Dulu pernah minder punya orangtua
tukang becak. Tapi, kenapa minder? Beliau orangtua saya, mendidik saya, meski
tidak memberi biaya hidup banyak (saat kuliah), tapi mendukung saya. Saya
sangat bangga,” tuturnya.
Sebelum menjalani
profesi sebagai tukang beca, Mugiyono sebetulnya merupakan pekerja di sebuah
pabrik kayu lapis. Namun, ia memutuskan pensiunan dini dengan harapan
mendapatkan pesangon yang bisa dipakai untuk membiayai kuliah Raeni.
Memang, sebagai
penerima beasiswa Bidikmisi, selain menerima biaya untuk kuliah, kebutuhan kos
dan makan masih harus mencari. Sambil kuliah Raeni mengajar les privat. Setelah
keluar pabrik, Mugiono banting setir menjadi tukang becak di sekitar rumahnya.
Sehari-hari mendapat penghasilan Rp 10-50 ribu. Untuk mencari tambahan dia
menjalani profesi sampingan sebagai penjaga malam dengan upah Rp 450
ribu/bulan.
Selama kuliah, Raeni
membuktikan, kemiskinan tak membuatnya patah semangat. Raeni berkali-kali
membuktikan keunggulan dan prestasinya. Dia beberapa kali memperoleh indeks
prestasi 4. Sempurna!
Raeni juga
menunjukkan tekad baja, agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan
membahagiakan keluarganya. Tentu saja cita-cita itu didukung sang ayahanda.
Mugiyono mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah, agar bisa menjadi guru
sesuai cita-citanya.
"Sebagai
orangtua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari
perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon," kata pria yang mulai
menggenjot becak sejak 2010 itu.
Raeni tidak hanya
disiplin dalam hal akademik. Di kehidupan sehari-harinya di kos, Raeni tetap
dikenal sebagai sosok disiplin oleh penghuni dan ibu kos. Ia selalu berusaha
menjalankan salat berjamaah di Masjid, seperti yang diajarkan orangtuanya.
Sejak kuliah ia
nyaris tak pernah merepotkan kedua orangtua. Sejak semester 3, Raeni sudah
berusaha mencari penghasilan tambahan dengan memberikan les privat kepada murid
SMA.
Sosok Mugiyono yang
sempat membuatnya minder, ternyata mampu membentuk Raeni berdisiplin, sportif,
dan hidup sederhana.
Rektor Unnes, Fathur
Rokhman, mengatakan, Raeni telah memberikan pesan penting, bahwa pendidikan
dapat menjadi alat memotong mata rantai kemiskinan. " Yang paling penting
dari diri Raeni adalah tentang pentingnya kesungguhan. Dia membuktikan kepada
kita semua, kondisi keluarga yang berkekurangan tidak jadi kendala jika
diiringi dengan tekad yang kuat," tandasnya.