Kisah Inspiratif Dari Guru Tanpa Kedua Tangan
Monday, 30 November 2015
Edit
Sahabat infosekola87,
Ini ada cerita motivasi dari sahabat kita Namanya
Untung, lahir tanpa kedua tangan. Usianya kini 45 tahun. Sepertiguru pada
umumnya, Untung memiliki banyak kegiatan mengajar. Kini, Untung bertugas di
sebuah sekolah. Madrasah Miftahul Ulum, di Desa Batang-batang Laok,
Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Jarak rumah Untung menuju sekolahan bisa ditempuh dalam waktu 15 menit. Segala
sesuatunya Untung persiapkan tanpa bantuan istri ataukeluarga. Seperti kepala keluarga pada
umumnya, Untung menjadi sosok suami dan ayah yang bertanggung jawab, selalu
semangat tanpa berkeluh kesah.
lebih dari 2 dekade Untung mengajar, gajinya masih Rp 300.000 per
bulan. Walau tidak memiliki kedua tangan, Untung tidak kesulitan mengajar. Gaji
kecil disertai segala keterbatasan bukanlah menjadi halangan Untung untuk terus
mengajar karena baginya mengajar adalah bentuk pengabdian.
Untung lahir dari keluarga petani
miskin, sejak kecil orangtuanya selalu beranggapan jika Untung adalah anak
cacat dan tidak perlu sekolah. TetapiUntung tidak patah semangat, ia terus
maju dan melanjutkan pendidikan di pesantren desa karena orang tuanya
tidak punya biaya. Kini, Untung menjadi salah satu guru favorit.
Untung bertekad akan mengabdi sebagai guru hingga akhir hayat.
Karena, ia ingin memberikan kontribusi sebanyak mungkin untuk
generasi muda. Sekaligus menjadi jembatan ilmu untuk anak didiknya. Tak heran,
tekadnya ini menular ke beberapa anak didik yang telah berhasil, seperti
Sofyan yang menjadi sastrawan dan siap melanjutkan pendidikan lewat
beasiswa ke Jerman.
Motto hidup Untung yang bisa menjadi inspirasi guru lainnya yakni
janganmenyerah pada keadaan, berikan yang terbaik untuk orang lain.
Secuil kisah untung ini semoga menginspirasi kepada kita semua, bahwa bentuk
pengabdian yang sesungguhnya adalah tidak mengeluhkan keadaan fisik maupun
ekonomi.
Memang kita memiliki hak untuk kesejahteraan hidup kita, sembari kita berusaha
dan berjuang menuntut hak namun rasa pengabdian juga jangan sampai luntur
dimakan oleh keadaan ekonomi dan keadaan fisik.
demikian, semoga kita bisa mengambil hikmah bahwa ada yang
keadaanya lebih sulit dari kita namun ia tetap rela berjuang dan
berusaha demi kemajuan bangsa.
Sumber : viva