PUISI (Wajah Miris Budaya Negeriku)
Wednesday, 27 May 2015
Edit
Cipta Karya Puisi (Wajah Miris Budaya Negeriku)
Wajah Miris Budaya Negeriku
Menatap sayu raut muram Ibu Pertiwi
Seiring zaman yang melejit tanpa batas
Insan yang dikandung berjalan cadas tanpa identitas.
Seiring zaman yang melejit tanpa batas
Insan yang dikandung berjalan cadas tanpa identitas.
Serentak dengan bergemanya kemajuan dan kemudahan,
Jiwa – jiwa pribumi mengambang dalam ketidakjelasan
Mereka seolah lupa jika berpijak di bumi yang kaya,
Mereka berlagak acuh, jika nilai kearifan bangsanya mulai runtuh
Dan mereka hanya berpura tidak terima, ketika negara tetangga mulai mengakuinya.
Wajah miris budaya negeriku
Lalu sampai kapan kita membiarkannya perlahan pudar?
Seperti batu karang yang terkikis ombak,
Perlahan hancur hingga tak berbekas.
Lalu sampai kapan kita membiarkannya perlahan pudar?
Seperti batu karang yang terkikis ombak,
Perlahan hancur hingga tak berbekas.
Sudah jarang terdengar alunan gamelan atau kulintang.
Sudah dianggap kuno ketoprak maupun wayang
Dan hanya terlihat samar gerakan gemulai para penari tradisional.
Semua telah berganti yang baru,
Yang ramai datang menjajah moral bangsaku.
Sungguh Memalukan,
Ketika para seniman bangsa dipandang sebelah mata,
Dianggap minoritas dikerumunan khalayak yang hanya mementingkan prioritas.
Ketika para seniman bangsa dipandang sebelah mata,
Dianggap minoritas dikerumunan khalayak yang hanya mementingkan prioritas.
Apa kita cukup terdiam dan selalu mengagumi budaya luar?
Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang cinta budayanya?
Mari kita renungkan!
Di sini, aku hanya mencoba mengingatkan,
Mengajak sepenuh hati untuk menjaganya
Dengan lantang kembali mengembangkannya, harta terindah
Warisan nenek moyang kita.
Wajah miris budaya negeriku
Kini kau akan segera berlalu
Berganti senyum yang ceria,
Dari anak bangsa yang cinta budayanya.
Budaya negeriku yang kaya,
Budaya bangsa Indonesia.
Budaya bangsa Indonesia.
0leh : Candra Arum Pradesa